Selasa, 23 Juni 2009

ASAL USUL BONSAI

Kata Bonsai itu diserap dari bahasa Mandarin Pen-Zai (Pen = Pot – Zai = Pohon), sebelumnya dalam bahasa Jepang disebut “Hachi-no-ki” = Pohon di dalam Pot. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Bonsai itu sebenarnya berasal dari Tiongkok. Seni mengerdilkan tumbuh-tumbuhan di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan Penjing (Pinyin). Pen = Pot/Wadah/Dulang - Ying = Panorama Alam. Penjing itu adalah merupakan seni mengerdilkan tanaman dengan mengambil inspirasi dari bentuk panorama alam. Gambar siluet dari panorama alam inilah yang mereka tata dalam sebuah tanaman yang dikerdilkan, hingga tanaman itu berbentuk lukisan alam yang indah dan hidup.Penjing bisa dibagi dalam tiga kategori: Penjing Pohon (Shumu Penjing), Penjing Pemandangan/Alam (Shanshui Penjing), Penjing Air dan Tanah (Shuihan Penjing). Asal muasalnya dari seni Penjing berdasarkan mitologi; konon ada seorang ahli sihir yang bernama Jiang Feng yang memiliki kemampuan menyihir sehingga apa saja yang disihir olehnya akan menjadi kecil. Sedangkan He-Nian seorang pujangga ketika jaman Dinasti Yuan telah menulis beberapa puisi mengenai Penjing dan salah satu kalimatnya telah menjadi kredo: “Yang Terkecil menjadi Yang Terbesar”Seni Penjing sudah dikenal sejak jaman Dinasti Tang, tetapi baru pada saat Dinasti Qin menjadi sangat terkenal dan digandrungi oleh para pejabat tinggi maupun para Bikshu, sehingga setiap tahunnya diadakan lomba seni Penjing. Konon ketika kerajaan Shuhan terjadi persaingan terselubung antara kanselir Zhuge Liang (Cukat Liang) dengan Liu Bei. Untuk membuktikan tanda kesetiaannya Liu Bei terhadap Cukat Liang dan juga keinginan damainya. Liu Bei menghadiahkan Penjing Pohon buah Pear. Melalui pohon inilah hati sang kanselir akhirnya bisa luluh. Perlu diketahui bahwa Liu Bei juga adalah seorang satrawan maka dari itu Penjing Pohon yang bentuknya lurus seperti pena disebut Wenren Mu (Pohon Para Pujangga) dalam bahasa Jepang disebut Bunjingi.Bonsai pertama kali diperkenalkan ke umum oleh Jepang pada tahun 1867 ketika Expo Dunia di Paris.Seni mengerdilkan/pemangkasan tanaman dikembangkan juga oleh para Biksu aliran Tao, karena Penjing ini juga merupakan lambang dari keseimbangan serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Dari pemeliharaan seni Penjing mereka bisa mendapatkan secara tidak langsung kepuasan batiniah yang tak ternilai. Para Biksu inilah juga yang membawa seni Penjing ke Jepang yang akhirnya dikembangkan menjadi seni Bonsai.Diperkirakan seni Penjing ini pertama kali datang ke Jepang antara era Kaisar Kammu (737 - 806) hingga akhirnya masa kejayaan Kerajaan Edo pada kepemimpinan Shogun Dinasti Tokugawa (1603 - 1867). Sedangkan sebagian pihak menganggap Bonsai hadir pada masa Dinasti Kamakura (1185 - 1333). Hal ini terjadi karena adanya bukti otentik berupa lukisan seorang pejabat Shogun Kamakura dengan Bonsai. Hingga saat ini kita masih bisa menyaksikan Bonsai hidup tertua antara 400 s/d 800 tahun yang menjadi koleksi dari Happo-en di Tokio.Para penggemar Bonsai pada umumnya beli pohon tidak di Jepang melainkan di China atau di Taiwan sebab disana harganya jauh lebih murah daripada di Jepang yang bisa dua sampai tiga kali lipat lebih mahal. Harga per pohon di Taiwan bisa puluhan juta, kebalikannya di Indonesia orang masih ada yang bersedia bayar ratusan juta Rp untuk bisa mendapatkan satu pohon Bonsai yang bagus. (SUMBER: Mang UcupEmail: mang.ucup@gmail.comHomepage: www.mangucup.org)

JENIS TANAMAN BONSAI

Anting Putri (Wrightia religiosa
Asam Jawa (Tamarindus indica)
Asam Londo (Pithecelobium dulce)
Azalea (Rhododendron sp)
Beringin (Ficus benyamina)
Beringin Ampelas (Ficus ampelas)
Beringin Karet / Iprik (Ficus retusa)
Beringin Korea (Ficus longisland)
Beringin Taiwan / Kimeng (Ficus microcarpa)
Black Pine (Pinus thunbergii)
Bodi (Ficus religiosa)
Bougenvil (Bougenvillea spectabilis)
Buxus (Buxus harlandii)
Cemara Buaya (Juniperus horisontalis)
Cemara Duri (Juniperus rigida)
Cemara Pua (Cupressus papuanus)
Cemara Sinensis (Juniperus chinensis)
Cemara Udang (Casuarina equisetifolia)
Cendrawasih (Phylantus neruri)
Delima (Punica granatum)
Delima Batu
Gulo Gumantung
Hokian Tea / Erethia (Carmona mycrophilla)
Hokian Tea / Sido Gurih (Carmona relusa)
Ileng-ileng
Jeruk Kelingkit (Triphasia trifolia)
Jambu Biji (Psidium guajava)
Kawista Krikil (Ferona lucida)
Kemuning (Murraya paniculata)
Kupa Landak (Sysigium cauliflora)
Kampis (Acasia sp)
Krokot
Landepan (Plectronia horrida)
Loa (Ficus glomerata)
Lantana
Mirten (Malphigia coccigera)
Murbei (Morus alba)
Mustam (Dyospiros montana)
Melati (Jasminum multiflorum)
Penitian (Durante repens)
Pilang (Acacia leucophloea)
Pinus (Pinus mercusii)
Pung (Acacia varnensiana)
Phusu (Celtis chinensis)
Podocarpus / Lohansung (Podocarpus)
Rukam (Flacourtia indica)
Santigi (Phempis acidula)
Santigi Lanang (Lumnitzera racemosa)
Serut (Streblus Asper)
Seribu Bintang (Serisa foetida)
Sianci (Malphigia sp)
Sisir (Cudrania cochin chinensis)
Streblus (Streblus / Taxotrophis taxoides)
Siantho (Eugenia uniflora)
Sidogurih
Srikaya
Sancang
Taxodium (Taxodium distichum)
Ulmus Lokal (Ulmus lancaefolia)
Ulmus Luar (Ulmus parfiflora)
Walikukun (Actinophora fragrance)
Wahong (Premna mycrophylla)
Wahong Laut (Premna nauseose)
Wareng (Gmellina elliptica)
Waru (Hibiscus tiliaceus)
Zelkova

BONSAI LOA

Halo para penggemar bonsai di mana saja anda berada. Saya bergabung dengan anda bertujuan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai tanaman bonsai. Pengalaman pribadi saya akan saya bagi menjadi per jenis tanaman bonsai, karena tiap tanaman memiliki sifat dan karakter tersendiri. Pertama disini saya hendak menceritakan pengalaman saya mengenai jenis Loa (ficus glomerata). Loa yang dibahas pertama adalah Loa varigata, dengan ciri-ciri daunnya belang kuning muda dan hijau (foto segera menyusul), yang kelainan dari Loa biasa yg warna daunnya hanya hijau.
Bahan bonsai Loa Varigata ini saya beli di daerah utara Bandung pada awal tahun 2004. Saya mengemudikan mobil sambil membawa karyawan saya untuk menunjukkan jalan. Setelah sampai dirumah penjual bonsai, saya lihat disana ada puluhan bonsai small dan mame. Diantaranya ada beberapa pohon telah menjadi bonsai yang bagus, sementara beberapa pohon lainnya masih bahan dan setengah jadi. Kemudian kami diajak pergi melihat ke kebunnya yang terdapat bahan-bahan bonsai yang ditanam ditanah dan dalam polybag. Ada yang berasal dari biji, setekan, cangkokan dan hasil buruan dari alam.
Dikebunnya saya lihat ada satu pohon Kaliandar Varigata yang berbunga merah tua bergerombol seperti bunga bungur, dan saya berminat untuk membelinya. Tetapi sayang bapak tersebut tidak menjualnya dengan alasan karena sedang musim kemarau, sehingga akan mati apabila digali dari tanah. Saya merasa heran karena pohon ini sudah mencapai tinggi 2 meter dan sudah banyak anaknya. Mengapa bapak ini tidak memisahkan anaknya dan menanamnya dalam pot atau polybag untuk dijual. Menurut saya pohon ini betul-betul bagus, karena memiliki daun belang kuning dan hijau yang sangat kontras ditambah dengan bunga merah tua yang menyolok, saya belum pernah menemukannya dipasaran tanaman hias. Sungguh menarik perhatian dan saya kira pasti banyak orang yang mau membelinya.
Ketika sedang berbincang-bincang, bapak ini mengatakan memiliki Loa varigata, tetapi pertumbuhannya tidak bisa subur. Mendengar hal tersebut justru menarik penasaran saya untuk mau tahu pohon Loa varigata ini. Memang saya senang sekali mengumpulkan pohon langka, lebih-lebih jenis langka yang bisa dibikin bonsai. Saya melihat kearah yg dia tunjukan pohon Loa tersebut, ditanam dalam polybag dan medianya hanya sekam padi saja, ditaruhnya ditengah-tengah pohon-pohon yang lebih tinggi dari loa ini, sehingga kemungkinan penyiramannya jadi tidak tuntas karena terhalang pohon-pohon tinggi ini. Sinar matahari pun hanya kena tidak lebih dari 1 jam, dan yang varigatanya hanya dibagian puncak pohon cuma 3 ranting saja. Sedangkan dibagian bawah pohon banyak ranting hijau yang tidak dibuang, sehingga yang varigatanya kalah oleh yang aslinya, Jadi saya kira penyebabnya tidak bisa subur adalah karena faktor di atas.
Setelah saya beli dan dibawa pulang ke rumah, saya langsung melakukan re-potting dengan memakai media sebagai berikut: 1 bg tanah yang gembur + 2 bg humus + 1 bg pasir Malang . Sebelum media campur ini dimasukkan ke dalam pot, dasar pot ditaruh potongan ram nyamuk untuk menutup lubang didasar pot. Diatas ram diberi pasir kasar ukuran -+ 2-3mm menutupi ram nyamuk, diatas pasir kasar diberi selapis pasir ukuran -+ 1mm, diatasnya lagi diberi selapis gemuk kambing yang sudah matang campuran dgn sekam padi dgn perbandingan 1:1. Terakhir setelah membuang dari pangkal batangnya semua ranting-ranting yang daunnya hijau, dan seluruh daun termasuk daun yang varigatanya, baru dicabut Loa ini dari polybag dan dikorek gumpalan tanahnya. Kemudian menggunting dan membuang akar tunjang dan akar yg sudah kebesaran, baru ditanamlah loa varigata ini dengan media campuran diatas kedalam pot yg sudah disediakan itu. Setelah beres ditanam dan disiram, taruhlah di tempat teduh. Kemudian sampai sudah keluar tunas baru, ditempatkan pada tempat yang kena sinar matahari pagi kurang lebih 2 jam saja. Setelah keluar banyak daun varigatanya, baru full dijemur, dan begitu keluar tunas daun hijau langsung dibuang.
Hasilnya setelah 6 bulan, pohon ini menjadi subur dan saya pun mulai membentuknya dgn gaya slenting. Sampai kini setelah kurang lebih 2 tahun dengan perawatan dan perhatian, 80% jadilah bonsai yang memenuhi syarat. Saya akan merawatnya sampai sempurna, dengan tujuan natinya untuk ditandingkan dipameran bonsai.
Namun pada suatu hari ada penggemar bonsai dari luar kota Bandung datang ke tempat kami untuk melihat bonsai. Dan bapak ini menjadi demikian terpesona ketika melihat bonsai Loa varigata ini, sehingga bersikeras ingin membelinya. Karena saya pun pernah mengalami kondisi seperti bapak penggemar bonsai ini, maka saya pun memahami perasaan bagaimana jika ingin memiliki barang yang kita hobi, apalagi barang itu bagus dan langka. Dengan memaksa menyodorkan uang yg menurut saya cukup wah, dan juga karena saya sudah punya anaknya yang didapat dari cangkokan dimana nantinya saya pun masih bisa membuat bonsai jenis ini lagi, akhirnya saya melepaskan juga bonsai ini (saya pun merasa bangga bonsai karya saya sendiri ada orang yg menyenanginya).
Demikianlah pengalaman saya, cara meripotting dan menanam bakalan maupun bonsai jadi, yang ternyata menjadi subur dengan media yang saya buat khusus untuk pohon Loa yg senang air ini. Semoga pengalaman saya ini bisa berguna bagi teman-teman pehobi bonsai. Terima kasih atas perhatian anda dan sampai jumpa pada blog berikutnya, dimana saya akan menceritakan pengalaman saya mengenai cara menanam dan merawat pohon Black Pine (umumnya jenis pine).